Pernahkah kamu
menghitung berapa jumlah boyband/girlband
yang ada di Indonesia? Belum lagi boyband/girlband
asal Korea atau pun Jepang yang turut mencari penggemar di Indonesia? Sudahlah
tak perlu dijawab. Karena ini hanya pertanyaan retoris. Saya hanya ingin
menegaskan bahwa demam boyband/girlband
memang sedang nge-hits di kalangan
remaja kita.
Tentu tak ada yang
salah. Sebab setiap orang memiliki selera musik yang berbeda-beda. Sama seperti
kita tidak bisa memaksa orang untuk memakan makanan yang tidak disukainya.
Pada awalnya, saya cuek
saja dengan perkembangan ini. Tapi lama kelamaan saya terusik juga saat
orang-orang terdekat saya juga tenggelam dalam euphoria ini. Dengan semangat ke-kepo-an yang tinggi, saya mulai
mencari dan mendengarkan seperti apa sih selera boyband/girlband orang-orang terdekat saya. Terutama pasca konser Big Bang yang gaungnya
masih saja terasa sampai sekarang.
Saya mulai bergerilya
mendengarkan dan menonton video-video boyband
yang katanya keren itu. Hasilnya,,saya tetap tak bisa menikmati musik dan
aksi mereka. Saya juga merasa aneh, Karna saya bukan termasuk orang yang anti
terhadap satu jenis musik. Anehnya, berkali-kali saya memaksakan menonton dan
mendengarkan musik boyband/girlband
itu, saya tetap tidak terbius sebagaimana kawan-kawan saya lainya.
Nah,,malam ini saya
baru dapat jawaban saat saya bernostalgia mendengarkan lagu-lagu Gun n Roses. Ditengah lengkingan Axl
Rose yang menyayat-nyayat, saat itulah saya menyadari bahwa sebuah boyband/girlband tetap tidak bisa
menawarkan apa yang diberikan oleh band. Apa itu?... Buat saya, sebuah “band” lebih
dinamis karna mereka sendiri lah yang mengaransemen musikalitas mereka. Mereka
sendirilah yang “memberi nyawa” pada setiap petikan gitar & melodi. Mereka
sendirilah yang “menghidupkan” musik lewat tabuhan drum. Ya..GnR besar bukan
hanya karna suara si Axl Rose tapi juga petikan gitar Slash yang bahkan bisa membuat
kita merinding.
Itulah yang menurut
saya tidak bisa ditawarkan oleh boyband/girlband.
Mereka datang dengan tampang, koreografi serta suara yang terkadang pas-pasan.
Memang harus diakui, ada beberapa boyband
yang memiliki kualitas suara cukup unik, tapi tetap musikalitas yang mereka
tawarkan masih terasa hambar.
Silahkan tanya pada
penggemar Dream Theather, seperti apa rasanya saat sang drummer Mike Portnoy memutuskan hengkang dari grup ini. Karna bagi
penikmat musik, bukan hanya suara si vokalis yang bisa menyihir penggemar, tapi
juga karakter gitaris, melodis, drummer atau bahkan keybordis yang memberikan
warna tersendiri.
Jadi wajar saja, saat
menyaksikan beberapa orang yang “hanya” bernyanyi dan berkoreografi dengan
kostum serba glamour, tidak ada feel
yang yang bisa saya rasakan.
Saya sendiri sebagai
penggemar Avenged Sevenfold, bukan
suara serak si Matt Shadow yang pertama kali membius saya. Tapi justru
lengkingan gitar Synyster Gates dan pukulan drum The Rev lah yang pertamakali
membuat saya terpincut.
Syns,,,salah satu gitaris paporit sayah.. |
Nah,,,bagaimana selera musik
kamu? Apakah kamu termasuk penikmat musik seperti saya yang lebih menikmati musik
secara komprehensif? Atau seperti mereka yang lebih menikmati wajah, koreografi
serta fashion boyband semata?
Tidak ada yang salah
karena musik adalah soal selera bukan hitungan matematis. Semua benar karena musik
ada di telinga dan kepala yang terkadang tidak bisa hanya memakai logika..!