Rabu, 25 Maret 2015

Menakar Masa Depan Mobile Money Indonesia

Sumber: www.thepioneeronline.com


Pelaku industri finansial di seantero Asia memenuhi Convention Expo Marina Bay Sands, Singapura, pada pekan lalu. Dalam perhelatan yang digelar selama dua hari tersebut, mobilepayment menjadi isu yang paling banyak diperbincangkan.

Dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa, kawasan Asia memang cukup tertinggal dalam mengimplementasikan tren ini. International Data Corporation Financial Insight yang menjadi tuan rumah acara tersebut menjabarkan beberapa hambatan.

Dari sisi populasi, Asia boleh jadi yang paling besar di muka bumi. Namun, penetrasi perbankan di kawasan ini juga relatif rendah. Jumlah penduduk yang tidak memiliki akun bank juga tidak sedikit. Dengan kata lain, masyarakat lebih tertarik menggunakan uang cash untuk transaksi mereka sehari-hari.

Dari sisi teknologi, adopsinya juga belum terlalu signifikan. Berbicara soal ponsel yang dilengkapi dengan fitur near field communication (NFC) misalnya, berapa banyak orang di Indonesia yang memilikinya? Bahkan bagi beberapa orang teknologi NFC masih terdengar asing. Padahal, adopsi NFC di banyak negara maju sudah menjadi hal yang lumrah.

Bagi negara-negara berkembang, dimana penetrasi smartphone NFC relatif rendah, solusimobile payment sebenarnya bisa memanfaatkan QR code. Teknologi ini relatif sudah dikenal di berbagai belahan dunia ketimbang NFC yang lebih canggih. Sayangnya, QR code selama ini diimplementasikan terpisah dengan sistem mobile payment.

Michael Araneta, Research Director IDC Financial Insight, mengatakan untuk mengimplementasikan NFC memang membutuhkan sistem dan kesiapan teknologi yang lebih rumit. Di Indonesia, pebisnis yang hendak menjajal sistem mobile payment menggunakan NFC juga terkendala hal tersebut. Relakah pelaku usaha menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk membangun ekosistem mobile payment?

Araneta menuturkan, jawaban pertanyaan tersebut seperti teka-teki telur dan ayam. Tren dunia sedang menuju ke arah tata cara pembayaran yang serba mobile. Mau tidak mau pelaku industri finansial harus mengakomodir tren tersebut.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Di antara negara-negara Asia, mobile payment di Tanah Air memang belum diminati. Kendati demikian, jalan kea rah tersebut sudah mulai dirintis oleh sejumlah operator di Indonesia dengan meluncurkan platform mobile money. Data IDC menunjukkan penetrasi mobile money di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan India.

Michael Yeo Sek Pheng, Senior Market Analyst  Asia Pasific Financial Services IDC Financial Insight, mengatakan mobile payment di Indonesia memiliki peluang besar untuk terus tumbuh. Hal ini didukung oleh penetrasi kartu kredit yang relatif rendah. Di beberapa negara seperti Singapura, penetrasi kartu kredit yang terlalu tinggi memang menyulitkan adopsi mobile payment yang lebih masif.

“Kalau orang sudah nyaman pakai credit card, ngapain lagi pakai mobile payment?,” ujarnya, pekan lalu.
Yeo mengatakan penetrasi mobile payment di Indonesia akan lebih berkembang jika dimulai dengan platform SMS. Hal ini berangkat dari fakta bahwa penetrasi ponsel yang sangat tinggi, hingga di atas 100%, tetapi penggunaan smartphone masih relatif rendah. Dengan memanfaatkan platform berbasis SMS, mobile payment akan diadopsi secara luas oleh masyarakat.

Di banyak negara berkembang, finansial dan teknologi informasi merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan. Khusus untuk isu mobile payment, kolaborasi antara perbankan dan operator telekomunikasi dinilai menjadi kunci penting pertumbuhan.

Yeo mengatakan operator telekomunikasi dan perbankan harus menjalin kerja sama intensif untuk mengembangkan platform tersebut. Tidak hanya terbatas pada mobile payment tetapi juga instrumen finansial lainnya.

Potensi besar dari penduduk yang belum memiliki rekening bank bisa digarap oleh operator telekomunikasi. Di banyak negara, menjadikan nomor telepon sekaligus menjadi rekening bank. Kerja sama ini akan menguntungkan dua belah pihak.

Khusus untuk kondisi di Indonesia, Yeo menilai perbankan yang harus mengambil inisiatif untuk menggandeng operator telekomunikasi. Pasalnya, perbankan dinilai punya akses dana yang lebih besar untuk menciptakan ekosistem.

Bagi masyarakat Indonesia, mobile payment mungkin belum jadi isu yang benar-benar dianggap penting. Namun, fenomena kedekatan masyarakat dengan perangkat mobile mereka rasanya akan membuat penetrasi platform ini semakin tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar